Tren angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Cianjur cenderung menurun. Sepanjang tahun 2016 berdasarkan angka absolut kematian, terdapat 34 kasus kematian ibu dan 158 kematian bayi yang menurun dibandingkan tahun lalu. Wilayah utara Cianjur masih menjadi lokasi dengan laporan kematian paling banyak.
Namun, hal tersebut tidak lantas membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur berlega diri. Pasalnya, dikhawatirkan masih banyak kasus kematian yang belum tercatat dan terlaporkan dari pihak puskesmas.
Namun, hal tersebut tidak lantas membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur berlega diri. Pasalnya, dikhawatirkan masih banyak kasus kematian yang belum tercatat dan terlaporkan dari pihak puskesmas.
Angka Kematian Ibu dan Bayi di Cianjur Menurun. (Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com) |
Pelaksana Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan, Gita Nurlaili menuturkan, kasus AKI dan AKB menyangkut data krusial sebagai tolak ukur keberhasilan program kesehatan.
”Apalagi mengingat kewilayahan yang cukup luas, dan tidak sedikit yang terkendala akses. Tapi, diharapkan data tersebut tidak bertambah,” ujar Gita, Kamis, 29 Desember 2016.
Terlebih, fakta di lapangan masih menunjukkan kurang responsifnya masyarakat terhadap penanganan dan pencegahan kematian pada ibu serta bayi. Faktor pelayanan kesehatan hingga keinginan si ibu untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan seringkali menjadi penyebab terjadinya AKI atau AKB.
Padahal, seperti yang diketahui salah satu penyebab terjadinya kematian baik pada ibu atau anak adalah responsibilitas yang rendah. Ibu dengan faktor risiko seharusnya menjadi prioritas utama untuk dirujuk dan ditangani di faskes yang memadai.
”Karena biasanya pendarahan, kejang selama kehamilan, dan tensi tinggi menjadi penyebab kematian pada ibu. Makanya, dibutuhkan perhatian khusus untuk menanganinya,” katanya.
Ibu dengan kehamilan pertama, masih cukup banyak menyumbang angka kematian. Akan tetapi, ibu dengan kehamilan kedua atau ketiga lebih sering mengalami komplikasi dan kematian.
”Maka dari itu, perlu diperhatikan, kehamilan pertama bukan berarti akan menjadi aman. Tapi, kehamilan terakhir menjadi juga tidak begitu saja membuat kita tenang,” tegasnya.
Begitupun dengan kondisi bayi, tingkat keterlambatan penanganan terhadap bayi baru lahir memang berangsur-angsur menurun. Akan tetapi, faktor tersebut masih cukup mendominasi dan menjadi salah satu penyebab eksternal yang banyak terjadi.
Oleh karena itu, ibu dan bayi dengan faktor resiko harus masuk ke dalam data. Jika terjadi komplikasi, maka ada jejaring yang dapat digunakan untuk merujuk keduanya ke rumah sakit terdekat.
Dinas kesehatan pun berupaya maksimal dengan mengeluarkan sistem ‘Si Jagoan’, yakni Sistem Jejaring Rujukan Obstetri dan Neonatal. Berfungsi untuk membantu tenaga medis tingkat desa untuk merujuk pasien ke wilayah kota. Sistem tersebut mengkoordinasikan tenaga medis dalam penanganan ibu hami yang mmebutuhkan penanganan khusus.
Sumber :
Pikiran Rakyat. 2016. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Cianjur Menurun. Diakses tanggal 30 Desember 2016. Link ; http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/12/29/angka-kematian-ibu-dan-bayi-di-cianjur-menurun-389175